Surah 17 Ayat 04
Quran 56 Verse 47 Explanation
For those looking for commentary to help with the understanding of Surah Waqi’ah ayat 47, we’ve provided two Tafseer works below. The first is the tafseer of Abul Ala Maududi, the second is of Ibn Kathir.
Ala-MaududiIbn-Kathir
(56:47) They used to say: “What! Once we are dead and are reduced to dust and bones, shall we still be raised to a new life from the dead?
There is no commentary by Abul Maududi available for this verse.
The tafsir of Surah Waqiah verse 47 by Ibn Kathir is unavailable here. Please refer to Surah Waqiah ayat 41 which provides the complete commentary from verse 41 through 56.
Quick navigation links
1. Select translation to share: SahihYusufAbul Ala MaududiMuhsin KhanPickthallDr. GhaliAbdel HaleemMuhammad Junagarhi 2. Share this verse:
Surah Al-Baqarah (bahasa Arab: سورة البقرة, translit. sūrah al-baqarah, har. 'Sapi') adalah surah ke-2 dalam Al-Qur'an, serta merupakan surah terpanjang.[1] Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Surah ini diawali dengan huruf muqaṭṭa'āt A-L-M,[2][3] yang harus dibaca satu-satu (alif, lām, mīm).[4]
Surah ini juga dinamai Fustatul Qur'an (Puncak Al-Qur'an) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain. Sebagai contoh, kewajiban bagi umat Muslim untuk puasa di bulan Ramadan;[5] larangan riba; dan ayat terkenal, Ayat Kursi, Surah al-Baqarah 256, dan tiga ayat terakhir. Ayat ini memiliki banyak sekali variasi topik seperti hukum-hukum, serta kisah Nabi Adam, Ibrahim (Abraham) dan Mūsa (Moses). Tema lainnya yang juga diangkat adalah ajakan bagi kaum Musyrikin dan Yahudi Madinah untuk masuk Islam, serta mengingatkan mereka serta orang munafik tentang nasib orang-orang terdahulu yang telah lalai.[6]
Sebagai surah Madaniyah, surah ini diyakini diwahyukan di Madinah dalam waktu yang cukup panjang setelah Hijrah, kecuali ayat riba yang diyakini diturunkan selama Haji Wadak, haji terakhir Nabi Muhammad.[7][8] Secara umum, ayat 281 dalam surah ini diyakini sebagai ayat terakhir yang diwahyukan, pada 10 Zulhijah 10 H, saat Nabi menjalani haji terakhirnya, 80 atau 90 hari sebelum wafatnya.[9]
Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya "sapi" sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).
Muhammad (2010), hlm. 27 menyebutkan perkataan beberapa ahli tafsir tentang pokok isi surah ini.
Tiga golongan manusia dalam menghadapi al-Qur'an
Keesaan dan kekuasaan Allah
Setelah muqatta'at, Al-Baqarah dimulai dengan pernyataan bahwa al-Qur'an tidak memiliki keraguan serta menjadi petunjuk bagi orang yang takwa.[10] Takwa (taqwa) berasal dari akar kata Semitik W-Q-Y yang berarti "waspada dalam perlindungan".[4] Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merekalah yang beriman kepada sesuatu yang gaib,[4] mendirikan salat, menunaikan zakat, meyakini kenabian Muhammad serta nabi-nabi terdahulu serta kitab-kitab yang diwahyukan Allah.[10]
Kemudian dibahas mengenai siapa itu orang-orang kafir dan munafik. Yang pertama, kafir dimaknai sebagai orang yang sama sekali menolak meyakini kebenaran, karena hati, penglihatan, dan pendengaran merela telah tertutup, dan akan diazab dengan keras.[11] Selanjutnya dibahas orang-orang munafik, yakni mereka berkata telah beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tetapi sebenarnya mereka tidak meyakininya. Mereka mencoba untuk mendustakan Allah dan orang-orang beriman tetapi mereka mendustakan dirinya sendiri. Hati mereka sakit, lalu mereka diazab dengan keras oleh Allah. Orang-orang ini juga suka menyebarkan kerusakan di muka Bumi (fasad); mereka mengaku melakukan perbaikan, dan menyebut orang-orang beriman sebagai orang bodoh. Mereka mengaku beriman, tetapi begitu kembali kepada Setan, mereka mengakui kekafiran mereka, tetapi mereka tidak sadar bahwa Allah telah menipu mereka dan memperbanyak kesesatan mereka. Mereka akan terlibat dalam perdagangan yang tidak menguntungkan, membeli kesesatan dengan petunjuk. Ibarat orang yang menyalakan api dan merasa aman di sekelilingnya, tetapi Allah memadamkan api itu dan orang itu diselimuti kegelapan. Mereka tuli, bisu, dan buta. Atau seperti orang yang ditimpa badai petir dalam kegelapan, sehingga mereka menutup telinga karena takut akan kematian. Petir sangat terang sehingga hampir menghilangkan pandangan mereka, tetapi mereka berjalan ke arahnya setiap kali menyambar, dan tetap diam saat gelap.[12]
Umat manusia diperintahkan Tuhan yang telah menciptakan mereka agar mereka senantiasa bertakwa, kemudian Tuhan menjelaskan apa yang telah Ia ciptakan: Bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan hujan turun dari langit untuk menumbuhkan buah-buahan sebagai rezeki. Umat manusia diperintahkan untuk tidak mengadakan sesembahan selain Allah. Mereka yang meragukan Al-Qur'an ditantang untuk membuat surah yang mirip dengannya. Mereka tak akan dapat memenuhi tantangan ini dan diminta untuk takut akan Neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu dan secara khusus disiapkan untuk orang-orang kafir.[13]
Kisah-kisah dalam surah ini diceritakan untuk memahami konsepsi teologis tentang kebenaran Islam.[14]
Ayat 8–20 dari Surah Al Baqarah mengacu pada orang munafik (Munafiqun). Saat Nabi Muhammad berada di fase Makkah, ada dua kelompok, mereka yang beriman dan musyrikin (kafir). Namun, setelah Hijrah ke Madinah, Muhammad harus berurusan dengan lawan dari mereka yang mengaku menerima Islam tetapi secara tersembunyi akan melawan Muslim. Pemimpin mereka adalah Abdullah bin Ubay yang akan dinobatkan menjadi pemimpin di wilayah tersebut sebelum kedatangan Muhammad di Madinah. Orang-orang munafik mendapat manfaat dari umat Islam tanpa kehilangan pergaulan mereka dengan orang-orang kafir. Mereka dianggap tidak setia kepada kedua belah pihak dan condong ke arah orang-orang yang paling menguntungkan mereka dalam arti duniawiah.
Terdapat dua konsep sifat munafik yakni:
Menurut ulama Kamaluddin Ahmed, sifat nifak adalah sesuatu yang ada di dalam hati, sehingga tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali Allah. Oleh karena itu, tidak seorang pun dapat disebut munafik hanya sebatas dengan penilaian diri.
87-105 muncul dalam lapisan bawah dari Manuskrip Sana'a.[16]
Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami menyusulkan setelahnya rasul-rasul. Kami juga telah menganugerahkan kepada Isa, putra Maryam, bukti-bukti kebenaran, serta Kami perkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Mengapa setiap kali rasul datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri? Lalu, sebagian(-nya) kamu dustakan dan sebagian (yang lain) kamu bunuh?
Surah ini memuat banyak sekali topik, seperti perintah salat, puasa, berjuang di jalan Allah, haji, kisah mengenai pemindahan kiblat dari Yerusalem ke Makkah, nikah dan talak, perdagangan, utang piutang, serta riba.[6]
Khamr dan perjudian dibahas dalam surah ini,[17] dan itu hanya satu dari empat surah yang menyebut Nasrani alih-alih Ahli Kitab.[18]
Ayat 190–194 membahas mengenai hukum perang Islam.
Ayat 255 dikenal sebagai Ayat Kursi (آية الكرسي); merupakan ayat terkenal dalam al-Qur'an dan banyak dipajang sebagai kaligrafi. Di dalamnya memuat sifat-sifat Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda:
Jangan menjadikan rumahmu seperti kuburan, karena setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surah al-Baqarah.
— Hadis riwayat Muslim, no. 1860
Surah Al-Baqarah 256 dikenal sebagai ayat yang sangat terkenal dalam al-Qur'an, maknanya adalah "Tidak ada paksaan dalam agama." Dua ayat lainnya, 285 dan 286, terkadang dimasukkan sebagai "kelanjutan" Ayat Kursi.[19]
Ayat 2:282[20] membahas fikih: (1) utang piutang (2) kesaksian wanita.[21]
Amin Ahsan Islahi dalam Tafsir Surah al-Baqarah mengatakan ketika ada transaksi pinjaman untuk jangka waktu tertentu, itu harus ditulis dalam bentuk yang formal. Baik kreditur maupun debitur harus menyepakati apa yang ditulis dengan menghadirkan saksi dua laki-laki, atau satu laki-laki dan dua perempuan. Keamanan pinjaman harus dijamin. Panjang kontrak harus disebutkan dengan lengkap.[22][23]:2:282
al-Jalalain berkata, "yang dipanggil untuk menjadi saksi dalam berutang adalah dua orang laki-laki dewasa; atau jika kedua saksi itu bukan laki-laki maka satu laki-laki dan dua perempuan, serta harus Islam."[23]:2:282[24]
Musa disebut dalam ayat-ayat berikut:
memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Surah 13 ayat 28 Arab, latin, dan artinya
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب
Bacaan latin: Allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi taṭma`innul-qulụb
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Melansir dari tafisr Al Quran Kemenag, surat ini menjelaskan tentang keutamaan berzikir dengan mengingat nama Allah SWT. Melalui zikir, mereka akan menjalani kehidupan sehari-hari dengan hati yang tentram dan jiwa yang tenang.
Keadaan tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal baik dan merasa bahagia dengan segala kebajikan yang dilakukannya.
"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir," tulis Kemenag.
Senada dengan itu, tafsir dari Ibnu Katsir menyebutkan kalimat 'hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram' dalam surah13 ayat 28 juga dapat bermakna Allah SWT adalah Dzat yang wajib diingat hambaNya.
Sebab itulah, melalui surat ini, Allah SWT secara tersirat menganjurkan umatnya untuk berzikir. Pasalnya, secara istilah zikir memiliki arti menyebut dan mengucapkan nama Allah SWT (asmaul husna) atau menjagaNya dalam ingatan (mengingat).
Keutamaan zikir lainnya juga pernah disebutkan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya. Beliau bersabda,
"Sungguh, aku duduk bersama beberapa orang yang berdzikir kepada Allah SWT setelah salat Subuh hingga matahari terbit lebih aku sukai daripada memerdekakan empat keturunan Nabi Ismail. Sungguh, aku duduk bersama beberapa orang yang berzikir kepada Allah Ta'ala setelah salat Ashar hingga terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang." (HR Abu Dawud dan dihasankan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 2/698).
Setelah memahami makna dari surah 13 ayat 28, yuk kita sama-sama mulai rutinkan bacaan zikir kepada Allah SWT, detikers!
Web Taraycınız bu özelliği desteklemiyor
وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ
Surah Waqi’ah Ayat 47 in Arabic Text
وَكَانُواْ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابٗا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبۡعُوثُونَ
Wa kaanoo yaqooloona a’izaa mitnaa wa kunnaa turaabanw wa izaaman’ainnaa lamab’oosoon
Here you can read various translations of verse 47
Sahih InternationalAnd they used to say, “When we die and become dust and bones, are we indeed to be resurrected?
Yusuf AliAnd they used to say, “What! when we die and become dust and bones, shall we then indeed be raised up again?-
Abul Ala MaududiThey used to say: “What! Once we are dead and are reduced to dust and bones, shall we still be raised to a new life from the dead?
Muhsin KhanAnd they used to say: “When we die and become dust and bones, shall we then indeed be resurrected?
PickthallAnd they used to say: When we are dead and have become dust and bones, shall we then, forsooth, be raised again,
Dr. GhaliAnd they used to say, “When we die and are dust and bones, will we surely be made to rise again?
Abdel Haleemalways saying, ‘What? When we are dead and have become dust and bones, shall we then be raised up?
Muhammad Junagarhiاور کہتے تھے کہ کیا جب ہم مر جائیں گے اور مٹی اور ہڈی ہو جائیں گے تو کیا ہم پھر دوباره اٹھا کھڑے کیے جائیں گے
Surah 56 Al-Waqi'ah, Ayat 47-50
وَكَانُوۡا يَقُوۡلُوۡنَ ۙ اَـئِذَا مِتۡنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبۡعُوۡثُوۡنَۙ ﴿56:47﴾ اَوَاٰبَآؤُنَا الۡاَوَّلُوۡنَ ﴿56:48﴾ قُلۡ اِنَّ الۡاَوَّلِيۡنَ وَالۡاٰخِرِيۡنَۙ ﴿56:49﴾ لَمَجۡمُوۡعُوۡنَ ۙ اِلٰى مِيۡقَاتِ يَوۡمٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿56:50﴾
(56:47) They used to say: “What! Once we are dead and are reduced to dust and bones, shall we still be raised to a new life from the dead? (56:48) (We) and our fore-fathers of yore?” (56:49) Tell them, (O Prophet): “The earlier ones and the later ones (56:50) shall all be brought together on an appointed Day.
Allah SWT menciptakan malaikat lengkap dengan sifat dan tugasnya masing-masing. Sifat malaikat ini turut dijelaskan dalam surah At Tahrim ayat 6.
Sifat malaikat adalah kasar, keras, dan tidak durhaka terhadap perintah Allah SWT. Demikian keterangan yang termuat dalam surah At Tahrim ayat 6. Malaikat juga digambarkan memiliki sifat yang selalu patuh kepada Allah SWT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ - ٦
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Menurut ayat di atas, sebagaimana ditafsirkan oleh Kementerian Agama (Kemenag), malaikat yang memiliki sifat kasar dan keras adalah mereka yang bertugas menjaga neraka. Para utusan Allah SWT tersebut berjumlah 19 malaikat.
Malaikat penjaga neraka ini berwenang untuk menyiksa para penghuni neraka. Mereka adalah malaikat yang tidak mendurhakai Allah SWT atas apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
Selain menjelaskan tentang sifat malaikat, surah At Tahrim ayat 6 juga berisi perintah untuk memelihara diri sendiri dan keluarga agar terhindar dari api neraka. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, maksud dari perintah tersebut adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dan menghindari perbuatan durhaka kepada Allah, serta mengajak keluarga untuk berzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan dari api neraka.
Pendapat ini mengacu pada riwayat Ali ibnu Abu Talhah yang berasal dari Ibnu Abbas RA. Sementara itu, Mujahid mengatakan maksud dari firman-Nya, 'peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka' adalah perintah untuk bertakwa kepada Allah SWT.
"Yaitu bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah," tulis Ibnu Katsir.
Api neraka, menurut firman Allah dalam surah At Tahrim ayat 6, berbahan bakar manusia dan batu. Menurut suatu pendapat, masih dalam penjelasan Ibnu Katsir, yang dimaksud dengan batu di sini adalah berhala-berhala yang dulu dijadikan sesembahan. Hal ini berdasar pada firman Allah SWT:
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ
Artinya: "Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam." (QS Al-Anbiya: 98)
Ibnu Mas'ud, Mujahid, Abu Ja'far Al-Baqir, dan As-Saddi mengatakan bahwa batu yang dimaksud adalah batu kibrit (fosfor), sedangkan Mujahid mengatakan bau batu tersebut melebihi bangkai.
Neraka yang berbahan bakar manusia dan batu tersebut dijaga oleh malaikat yang tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah SWT.
Ar Ra'd, surah 13 ayat 28 dalam Al Quran menjelaskan berzikir dengan mengingat nama agung Allah atau Asmaul Husna akan membuat hati menjadi tenang.
Selain itu, kandungan utama yang dibawa dalam surat dengan total 43 ayat ini, membahas tentang masalah tauhid, ma'ad, wahyu, dan ajakan kepada manusia untuk berpikir tentang kondisi dan nasib yang menimpa umat-umat terdahulu. Sekaligus peristiwa-peristiwa yang berlaku di alam semesta.
Dari Abu Asy Syaikh dalam buku Al-Itqan fi Ulumil Qur'an: Samudra Ilmu-Ilmu al-Qur'an karya Imam Jaluddin al-Suyuthi, mengeluarkan riwayat dari Qatadah yang menyebutkan bahwa surah ini turun di kota Madinah dan tergolong dalam surah Madaniyah kecuali satu ayatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Surat Ar Ra'd itu Madaniyah, kecuali satu ayat, yaitu firman Allah SWT ayat ke 31," tulis buku tersebut.
Adapun bacaan surat Ar Ra'd ayat 28 yang menyinggung soal keutaman berzikir, dapat disimak selengkapnya pada pemaparan berikut,